Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

 

SAMARINDA - Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak menegaskan Pancasila adalah pedoman untuk penegakan demokrasi berbangsa dan bernegara. Sejarah membuktikan bahwa nilai-nilai Pancasila telah mengantarkan bangsa ini menuju kemerdekaan yang  berdaulat. 

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setiap warga negara, terutama generasi muda ialah melestarikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. “Saya berharap seluruh masyarakat Kaltim bersama-sama menguatkan nilai-nilai Pancasila agar bisa dilaksanakan dengan tujuan penegakan demokrasi,” kata Awang Faroek Ishak usai memimpin upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Halaman Kantor Gubernur Kaltim, Selasa (1/10).

Dalam usia 69 tahun sejak Indonesia merdeka, sudah sepatutnya koreksi dilakukan, sejauh mana telah melaksanakan dan mengamalkan Pancasila dalam perilaku hidup sehari-hari. 

Melalui momentum Hari Kesaktian Pancasila, Gubernur Awang Faroek Ishak mengajak warga Kaltim bersama-sama mengevaluasi diri secara objektif, jujur, penuh rasa tanggung jawab serta dengan hati yang bersih untuk selanjutnya membangun masa depan bangsa dan negara ini.

”Kita patut bersyukur, berkat kesetiaan anak bangsa dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila berhasil diselamatkan dan terlepas dari pengkhianatan, meskipun harus ditebus dengan gugurnya putra-putra bangsa  dalam suatu tragedi berdarah yang dikenal dengan peristiwa G-30 S/PKI di Jakarta 30 September 1965,” jelasnya. 

Gubernur mengingatkan, peristiwa hitam semacam ini tidak akan terulang. Setiap saat ancaman terhadap eksistensi Pancasila bisa saja muncul. Untuk itu sangat diperlukan kewaspadaan dan kepedulian bersama untuk menjaganya agar tetap eksis di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika beberapa tahun silam Pancasila mendapat ancaman dari kekuatan ideologi lain, maka tantangan di era reformasi dewasa ini juga tidak kalah besarnya karena yang dihadapi bukannya pertentangan fisik, tetapi lebih pada perilaku dan sikap moral anak bangsa dalam mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 

”Semua ini disebabkan kurangnya pengetahuan, lemahnya kesadaran, pemahaman dan pengamalan terhadap Pancasila, maka tidak heran jika di Tanah Air kita masih terjadi kesenjangan sosial antara yang kaya dan miskin. Kepedulian terhadap sesama, gotong royong, saling menghargai dan semangat toleransi semakin meredup berganti dengan sikap individualistis dan materialistis,” jelasnya. 

Penurunan pengamalan Pancasila tersebut,  setidaknya bisa dilihat dari makin tingginya praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) di lembaga pemerintah dan swasta. Politik dan demokrasi dijalankan secara tidak sehat demi mencapai tujuan. 

Apalagi, masyarakat yang dulu dikenal sebagai pribadi yang ramah dan santun, kini sering dilanda konflik horisontal antar etnis. Terjadi pula pertentangan agama hingga gangguan keamanan di berbagai daerah yang dapat mengancam disintegrasi bangsa.

”Kejadian-kejadian seperti ini sudah tentu sangat menyedihkan dan memalukan. Padahal bangsa dan negara kita mempunyai falsafah Pancasila yang nilai-nilainya begitu luhur dan agung. Para pemimpin dunia juga mengakui kehebatan dan keampuhan Pancasila sebagai asas pemersatu bangsa Indonesia yang heterogen. Jika para pemimpin dunia mengakui kehebatan Pancasila, maka sudah seharusnya kita Bangsa Indonesia, khususnya warga Kaltim tidak justru meninggalkan Pancasila,” jelasnya.

Pancasila harus terus dimasyarakatkan, baik melalui pendidikan formal di sekolah dan perguruan tinggi maupun sosialisasi kepada masyarakat secara luas. Pancasila hendaknya diketahui, dipahami, dihayati dan diamalkan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat untuk selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

SUMBER : HUMAS PROV. KATIM