BALIKPAPAN -- Peta perekonomian Indonesia menunjukkan wilayah Kalimantan punya peran penting terhadap perekonomian nasional. Kontribusi Kalimantan terhadap perekonomian nasional pada triwulan pertama 2014 mencapai 8,45 persen sehingga menempatkannya diperingkat tiga setelah Jawa dan Sumatra.

“Ditengah lesunya pembangunan ekonomi nasional, arah dan capaian pembangunan yang dilakukan di wilayah Kalimantan pada triwulan I ini cukup menggembirakan. Seluruhnya mengalami pertumbuhan  ekonomi positif meskipun bevariasi antar provinsi di dalamnya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Deputi Neraca Analisis Statistik BPS, Kecuk Suharyanto pada pembukaan Rapat Konsultasi Regional (Konreg) PDRB se Kalimantan 2014, di Hotel Grand Senyiur Balikpapan, Senin (16/6) malam.

Pertumbuhan ekonomi antar wilayah di Kalimantan selang 2,44 persen sampai 5,87 persen. Sementara secara agregat pertumbuhan wilayah kabupaten se Kalimantan sebesar 3,67 persen.

Meski begitu, Suharyanto panggilan akrab Kecuk Suharyanto berpendapat, meskipun pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah Kalimantan patut disyukuri, tapi jika melihat struktur ekonomi kondisinya sangat mengkhawatirkan. Perekonomian wilayah Kalimantan hanya ditopang industri pengilangan, pertambangan migas dan mineral batu bara.

“Ke depan akan habis, karena merupakan SDA tidak terbarukan. Makanya perlu upaya antisipasi membangun perekonomian daerah dengan struktur ekonomi bertopang pada SDA terbarukan,” sebutnya.

Hal tersebut sejalan dengan berakhirnya tujuan pembangunan pada 2015, yakni mulai awal Januari 2016 semua negera mulai melakukan pembangunan berkelanjutan dengan konsep pembangunan ekonomi hijau. Tujuannya untuk pembangunan berkelanjutan agar generasi mendatang juga dapat memperoleh pendapatan sama seperti yang dinikmati generasi sekarang.

Ini merupakan tantangan pembangunan perekonomian ke depan. Di samping tantangan lainnya seperti pertanyaan apakah pertumbuhan ekonomi sudah cukup berkualitas, inklusif, dan berkeadilan, serta apakah pertumbuhan ekonomi yang diraih sudah mampu menjawab tantangan sosial, kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan.

“Perlu perencanaan jelas, spesifik, dan terukur untuk mewujudkannya. Didukung data yang akurat. Semoga melalui konreg dapat memperoleh data akurat sebagai penunjang perencanaan pembanguan berbasis ekonomi hijau,” harapnya.

Konreg kata dia, merupakan forum tepat merumuskan strategi untuk memadupadankan keunggulan konparatif (kekayaan SDA) dan keunggulan kompetitif (daya saing) dalam menghadapi tantangan pembangunan wilayah Kalimantan.

SUMBER : DISKOMINFO PROV. KALTIM